Derita Bocah Penderita Kanker Kelenjar Getah Bening di Jombang
TEMPO Interaktif, Jombang -
Tergolek lemah tubuh seorang bocah perempuan bernama Genera Nasywa
Elmire. Diusianya yang baru 3 tahun, bocah yang akrab dipanggil Wawa ini
tak berdaya di ranjang rumahnya, Perumahan Puri Astapada Indah No 1/16,
Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Tubuh bocah ini kurus tinggal tulang akibat digerogoti penyakit
kanker dalam kelenjar getah bening, yang diidapnya sejak usia empat
bulan. Putri pasangan Amriyanto dan Asmitarida itu tidak lagi bisa
menikmati masa kecilnya dengan bahagia layaknya bocah-bocah seusianya.
“Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan anak saya,” ucap Amriyanto,
ayah Wawa dengan pasrah, Rabu (14/4). Amri menceritakan, mulanya putri
ketiganya itu sering rewel. Setelah diteliti, ternyata muncul benjolan
kecil di ketiak sebelah kanan anaknya.
Karena tak punya uang, benjolan itu dibiarkan. Baru setelah berusia
satu tahun, dan setelah uang dirasa cukup, Wawa diperiksakan ke rumah
sakit Darmo, Surabaya. Setelah diperiksa, dokter mengatakan anaknya
menderitametastasia malignant cells tumor dalam kelenjar getah bening stadium tiga.
Dokter menyarankan agar anaknya dioperasi pengangkatan benjolan itu.
Setelah operasi dokter menjelaskan jika sakit anaknya sangat parah. Wawa
harus dibawa ke Rumah Sakit NUH di Singapura. Mendengar itu Amri hanya
bisa pasrah karena dia tidak punya biaya lagi.
Usai operasi Wawa akhirnya dibawa pulang. Delapan bulan setelah
operasi, di leher bocah berkulit putih ini kembali muncul benjolan.
Sejak saat itu tubuh anaknya terus melemah, muka pucat, dan suhu badanya
naik hingga 38 derajat.
Tak tega dengan kondisi anaknya, akhirnya Amri kembali memeriksakan
Wawa ke rumah sakit Darmo. Setelah diperiksa dia divonis mengidap
gangguan hodgkins lymphoma atau kelenjar getah bening jenis nodular sclerosis. Pengobatan sakit ini bukan dengan operasi, tapi dengan kemoterapi.
Pemeriksaan kedua itu Amri menghabiskan biaya tak sedikit yakni Rp 35
juta. Uang itu tak sedikit baginya, karena untuk mendapatkanya dia
harus hutang saudara dan tetangga. Setelah diobati, dan rutin menjalani
kemoterapi, kondisi Wawa membaik.
Tapi, musibah kembali terjadi di akhir Desember 2009. Wawa kembali
sakit-sakitan. Karena biaya ludes, akhirnya Wawa hanya dibawa ke Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) kabupaten setempat. Setelah diperiksa dan
dilakukan uji laboratorium, Wawa mengalami proses metastase atau
penyebaran sel kanker hingga ke tulang.
“Mendengar itu dunia serasa kiamat,” keluhnya. Akibat itu, Wawa
mengalami infeksi pada kaki kiri. Kakinya bengkak hingga pangkal paha.
Dia juga mengalami infeksi tenggorokan hingga tidak bisa makan, minum
dan bicara. Menurut dokter, Wawa tidak lagi punya kekebalan tubuh.
Sel darah putih yang seharusnya menjadi antibodi, justru berubah
menjadi racun karena pengaruh sel-sel kanker itu. Sepulang dari rumah
sakit Amri mengaku bingung mencari cara mengobati anaknya. Karena tak
lagi punya biaya, dia hanya memberikan obat Dumin dan Ponstan untuk
meredakan nyeri.
Amri sangat membutuhkan uluran tangan-tangan para demawan. Demi
menyelamatkan anaknya itu, dia sempat menulis di situs jejaring sosial,Facebook,
yang berisi permintaan dukungan untuk anaknya Wawa. “Saya tidak tahu
lagi meski ke mana. Kasihan anak saya,” ucapnya dengan muka layu.
0 komentar:
Posting Komentar